Friday 26 July 2013

Sebuah Janji


Sebuah Janji

Author: Ayu Wismaning
Tema: Persahabatan
Dibuat: 29/08/2012

“Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis…”
***


Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Wina harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak…. Buku-buku yang dibawa Wina jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.

 “Sial! Lari nggak pakek mata apa ya...” rutuk Wina. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Wina merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.

 “Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?” cemoh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Wina berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemohnya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Sumpah! Wina benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Wina nggak bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Wina mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.

 Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Wina terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.

 Teeeett… Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring. “Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu.” ucap cowok tersebut sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.

 Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemohan atau pun ejekan. “Lo berubah.” gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Wina yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Wina mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.

 “Adooooww” pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.

 “Makan tuh sakit!!” ejek Wina sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh kaki. Secara Wina pakek kekuatan yang super duper keras. Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi kurus tersebut.
***

 “Wina….”

 Wina menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Amel teman baiknya sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Wina membalikkan badannya berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya. Wina emang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih celingak-celinguk mencari motor, Amel malah menjitak kepalanya dari belakang.

 “Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Amel dengan bibir monyong. Ciri khas cewek putih tersebut kalo lagi ngambek.

 “Sori deh Mel. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.”

 “Bad mood? Jelas-jelas lo tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok ampe tuh cowok permisi pulang, nggak minta maaf lagi.” jelas Amel panjang lebar.

 “Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya?” Wina benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati.

 “Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Alex lho.”

 “Enak aja. Orang dia yang mulai duluan.” bantah Wina membela diri.

 Sejenak Amel terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP. Dulu banget. ” ujar Amel polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. “Lagi pula gue udah bisa nerima kalo Alex nggak suka sama gue.”

 “Tau ah gelap!”
***

 Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Wina sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Amel masih berkutat pada buku catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.

 “Makanya kalo nulis jangan kayak kura-kura.” Dengan gemas Wina menjitak kepala Amel. “Duluan ya, Mel. Disuruh nyokap pulang cepet nih!” Amel hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.

 Saat Wina membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar. “Eh, sori..” ucap Wina kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Wina langsung ngasi tampang jutek kepada orang itu. “Ngapaen lo kesini? Masih sakit kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemaren pulang cepet? Hah? Jadi cowok kok banci baget!!!”

 Jujur Alex udah bosen kayak gini terus sama Wina. Dia pengen hubungannya dengan Wina bisa kembali seperti dulu. “Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Amel.” ucap Alex dingin sambil celingak celinguk mencari Amel. “Hey Mel!” ucap Alex riang begitu orang yang dicarinya nongol.

 “Hey juga. Jadi nih sekarang?” Amel sejenak melirik Wina. Lalu dilihatnya Alex mengangguk bertanda mengiyakan. “Win, kita duluan ya,” ujar Amel singkat.

 Wina hanya benggong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Amel dan Alex yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Alex selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Alex tidak menggodanya dengan cemohan atau ejekan khasnya. Alex juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.
***

 Byuuurr.. Fanta rasa stowberry menggalir deras dari rambut Wina hingga menetes ke kemeja putihnya. Wina nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.

 “Maksud lo apa?” bentak Wina menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.

 “Belum kapok di guyur kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Wina. “Tha, mana fanta jeruk yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Wina. Thata langsung memberi satu botol fanta jeruk yang sudah terbuka.

 “Lo mau gue siram lagi?” tanya cewek itu lagi.

 Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan fanta stroberry atau pun jeruk? Teriak Wina dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Linda. Linda terkenal sesaentro sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Wina diem aja. Ia juga tau kalo Linda satu kelas dengan Alex. Wait, wait.. Alex??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Lex, sampe gue tau lo biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!

 “Gue rasa, gue nggak ada masalah ama lo.” teriak Wina sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Wina benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu dikasi pelajaran.

 Kedua teman Linda, Thata dan Mayang dengan sigap mencoba menahan Wina. Tapi Wina malah memberontak. “Buruan Lin, ntar kita ketahuan.” kata Mayang si cewek sawo mateng.

 Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Wina dengan fanta jeruk. “Jauhin Alex. Gue tau lo berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Alex. Tapi kenapa lo sekarang nggak mau ngelepas Alex?!!”

 “Maksud lo?” ledek Wina sinis. “Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa ama Alex. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?”

 Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Wina. “Tapi lo seneng kan?” teriak Linda tepat disebelah kuping Wina. Kesabaran Wina akhirnya sampai di level terbawah.

 Buuugg! Tonjokan Wina mengenai tepat di hidung Linda. Linda yang marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding satu. Jelas Wina kalah. Tak perlu lama, Wina sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.

 “Beraninya cuma keroyokan!” bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Wina juga ingin, tapi tertutup oleh Linda. Dari suaranya Wina sudah tau. Tapi Ia nggak tau bener apa salah.

 “Pergi lo semua. Sebelum gue laporin.” ujar cowok itu singkat. Samar-samar Wina melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Wina dan membantunya untuk berdiri. “Lo nggak apa-apa kan, Win?”

 “Nggak apa-apa dari hongkong!?”
***

 Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Wina dan Alex berada di ruang UKS. Wina membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di UKS. Alex memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar pipi Wina. Wina lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia nggak bakalan mau tangan Alex nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena terpaksa. Mau gimana lagi.

 “Ntar lo pulang gimana?” tanya Alex polos.

 “Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang.” jawab Wina jutek. Rasanya Wina makin benci sama yang namanya Alex. Gara-gara Alex dirinya dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Alex nggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.

 “Tadi itu cewek lo ya?” ucap Wina dengan wajah jengkel.

 “Nggak.”
  
 “Trus kok dia malah ngelabrak gue? Isi nyuruh jauhin lo segala. Emang dia siapa? “ rutuk Wina kesal seribu kesal. Ups! Kok gue ngomong kayak gue nggak mau jauh-jauh ama Alex. Aduuuhh…

 Alex sejenak tersenyum. “Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo” ucap Alex sambil menunjuk Wina.

 Wina diam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Alex menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. “Ntar bisa pulang sendiri kan?” tanya Alex.
  
 “Bisalah. Emang lo mau nganter gue pulang?”
  
 “Emang lo kira gue udah lupa sama rumah lo? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus lupaen segala sesuatu tentang diri lo. Gue masih paham bener tentang diri lo. Malah perasaan gue masi sama kayak dulu.” jelas Alex sejelas-selasnya. Alex pikir sekarang udah saatnya ngungkapin unek-uneknya.
 “Lo ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat lo!” ancam Wina. Nih orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala puyeng, malah dikasi obrolan yang makin puyeng.
  
 “Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal lo tau, gue selalu cari gara-gara ama lo itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas lo nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa lo malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin lo berantem.” Sejenak Alex menanrik nafas. “Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.”
  
 Hening sejenak diantara mereka berdua. “Kayaknya gue pulang duluan deh.” Ucap Wina sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Wina, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus ngapaen. Dulu ia nolak Alex karena Amel juga suka Alex. Tapi sekarang?

 “Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah.” Alex berbicara tepat saat Wina sudah berada di ambang pintu UKS.

 Wina diam tak sanggup berkata-kata. Dilangkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS. Meninggalkan Alex yang termenung sendiri.
***

 Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Amel belum datang. Wina sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Wina nggak bisa tidur. Entah kenapa bayangan Alex selalu terbesit di benaknya. Apa benar Alex pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Alex mau pindah apa nggak, batin Wina. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?”

 “Mikirin Alex maksud lo?” ucap Amel tiba-tiba udah ada disamping Wina. “Nih hadiah dari pangeran lo.” Dilihatnya Amel mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Wina membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Wina dan Alex saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

Dear wina,
Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu lo nangis gara-gara di hukum ama osis. Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. kidding. Lo dulu pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga lo seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue bakal nunjukin ke lo gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga mau jadi pacar gue.

 “Kenapa lo nggak mau nerima dia? Gue tau lo suka Alex tapi lo nggak mau nyakitin gue.” sejenak Amel tersenyum. “Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Alex. Dia cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih.”

 “Thanks Mel. Lo emang sahabat terbaik gue.” ucap Wina tulus. “Tapi gue tetap pada prinsip gue.”
 Amel terlihat menerawang. “Jujur, waktu gue tau Alex suka sama lo dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak sama semua orang, kenapa dunia nggak adil sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita.” senyum kembali menghiasi wajah mungilnya. “Dan lo harus janji sama gue kalo lo bakal jujur tentang persaan lo sama Alex. Janji?” lanjut Amel sambil mengangkat jari kelingkingnya.

 Ingin rasanya Wina menolak. Amel terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Amel belum sepenuhnya melupakan Alex. Tapi Wina juga tak ingin mengecewakan Amel. Berlahan diangkatnya jari kelingkingnya.

 “Janji..” gumam Wina lirih.
***

Saturday 8 June 2013

Curcol dikit boleh kaliyaa?haha.

Kehilangan? susah buat diungkapkan dengan sebuah kata-kata, setiap orang pasti merasakan gimana rasanya KEHILANGAN itu, Sakit sih, tapi mau gimana lagi? setiap yang hadir dikehidupan kita gak ada yang ABADI, semua akan hilang dari diri maupun hidup kita. "Hilang" berarti telah tiada, telah lenyap, dan gak akan balik lagi kecuali atas adanya izin dari tuhan.

Gue mau cerita dikit nih tetang kehilangan sih pastinya, Boleh gaksih? boleh yaaaww~
Mungkin kehidupan gue sekarang SURAM, gak seindah dulu&gak seasik dulu! gue kehilangan sosok orang yang gue sayangin lebih++ dari gue menyayangi diri gue sendiri. tau gak apa? hah cemen lo pada! haha-__-gue kehilangan sosok panutan dikeluarga gue, sosok yang penuh lemah lembut sayang sama gue. Sosok yang dulunya nemenin gue belajar, belajar tentang dunia&dongeng.

Sosok ini gue sebut "Ayah" Mungkin kalian ada yang merasakan hal yang sama kayak gue, sakit kan? Sakit pasti! Ayah gue bukannya udah gak ada, tapi pergi sejenak dari kehidupan gue, yang artinya dia bukannya udh meninggal tapi cuman ninggalin kehidupan gue sama adek gue. Nyokap bokap gue memutuskan bercerai pas diusia gue genap 10th, gue dikala itu gak tau apa-apa yang terjadi gue masih polos! Anak umur 10th borr~ nyokap gue cuman bilang "Intinya kita sudah tidak tinggal sama ayah lagi"

Dan disitu gue shock!! Gue yang dikenal temen-temen gue itu "anak ayah" atau istilahnya gue manja bgt sama bokap gue, gue belajar&makan&tidur&sakit&sekolah pasti sama bokap gue, dia yang nemenin gue dikala sakit, gue ini termasuk anak yang suka dimanja ketika gue sakit. dan nyokap gue beda sama bokap gue, dia lebih cuek disaat gue sakit. tapi Ayah selalu tau apa yang aku mau, selalu paham apa yang aku maksud. Disaat ayah udah gak ada, itu semua terasa sangatsangat PAHIT!! 

Bokap rutin banget jenguk gue tiap malem minggu, dia selalu nunggu gue sama adek gue di masjid deket rumah gue, gue sama adek gue dhimas nemuin dia secara diem-diem tanpa nyokap gue tau. Darisitu gue belajar gimana cara memahami keadaan, keadaan gue yang sekarang sama yang dulu udah berbeda! Gue sekarang paham gimana 'proses' itu perlu dalam beradaptasi, kalau hanya membayangkan saja itu tidak cukup maka cobalah anda merasakannya. 

Kehilangan memang terjadi dalam hidup, tapi jangan hanya karna kehilangan tersebut kita menjadi pribadi yang bukan diri kita sebenarnya, sebut saja karna perpisahan orang tua ada anak yang sampe BrokenHome! Kehilangan justru sebuah proses kehidupan dimana seseorang sedang diuji kesabarannya.


Ayu Wismaning Putri Utami

Wednesday 16 January 2013

Cinta Tiada Akhir


“apa kamu serius ki mau pindah ke kalimantan? Kamu tega tah ninggalin aku disini” 
 “maafin aku vir, tapi aku benar-benar harus pergi”

 Kesedihan terpancar di raut muka ku ketika aku melihat rizki pergi meninggalkan ku menggunakan sebuah mobil tua berwarna merah, tak ku sangka orang yang selama ini ada disaat aku butuhkan akan pergi meninggalkan ku,
 Selama satu tahun setelah kepergian rizki aku menjadi pendiam, dan setiap malam aku hanya ninamun dan memandang ke luar jendela kamarku, aku mengingat ketika dulu aku selalu bersama dengan rizki
 saat itu usia ku masih 15 tahun dan aku masih duduk di kelas 1 sma, hari itu gak akan pernah aku lupakan.. dimana aku jadian dengan rizki..

 FLASH BACK
 Aku dan rizki adalah sahabat dari kecil, sejak bayi kami sudah tinggal bersebelahan rumah, kemana-kemana kami selalu pergi bersama, hingga teman-teman di sekolah kami memanggil kami sahabat kembar, aku tidak tau dari kapan teman-teman kami memberi jilukan itu kepada kami, tapi yg jelas julukan itu sudah ada dari sejak kami kelas 2 sd hingga sekarang, dan kami menyukai julukan itu..
 Pagi itu cuaca mendung
 “vir,virly!” teriak rizki di depan rumahku
 “kenapa?” jawabku dari jendela kamarku
 “cepet keluar, aku mau ngajakin kamu ke rumah ardi”
 “mau ngapain kesana?”
 “udah ikut aja bawel”
 aku keluar rumah dan menghampiri rizki yg tengah menunggu ku di depan rumah menggunakan motor matic berwarna biru miliknya... selama dijalan rizki terlihat berbeda dengan hari-hari biasanya, dia adalah orang yang crewet, namun saat itu dia terlihat begitu berbeda, mukanya terlihat pucat dan gugup..
 “kamu knp ki?” kataku pada rizki

 Rizki tidak menjawab pertanyaan ku dan hanya menggelengkan kepala. Apa yang sebenarnya terjadi pada rizki? Aku sangat bingung ketika itu, tidak lama kemudian dia berhenti di sebuah taman dan menyuruhku untuk turun.
 “kenapa berhenti disini ki? Tingkahmu itu bikin aku bingung”  tanya ku kesal kepada rizki
 “lihat kebelakang vir” jawab rizki santai

 Aku terkejut ketika aku memalingkan badan ku ke arah belakang, dan disana aku melihat taman indah dengan rangkaian bunga mawar yg dirangkai sedemikian rupa hingga tertulis I LOVE U di tengah taman itu,
 “hah? Apa ini ki?”
 “ih dodol, masak enggak ngerti si sama maksud aku?”  Jawab rizki sambil mencubit kedua pipiku
 “seriusan aku gak ngerti ki”
 “oke-oke, aku jawab pertanyaan kamu. vir, ak itu sayang sama kamu”
 “so?”
 “dasar bawel,kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya rizki serius
 “mau gak ya? Hmm... ak mau ki” jawabku dengan pasti
 “serius vir?”
 “mmm... he’em..”

 Ketika kami akan meninggalkan taman, tiba-tiba hujan turun dengan deras nya seakan tidak menginginkan kami meninggalkan taman itu. kami meneduh di bawah salah satu gazebo yang ada di taman itu. hujan tidak kunjung reda, sehingga kami pun lama di taman itu, rizki menyanyikan sebuah lagu untukku, lagu yang menggambarkan perasaannya pada ku pada saat itu..

 Tanggal 12 february 2009 tepat ketika aku berulang tahun yang ke 15 itulah dia menembakku, aku tidak akan pernah melupakan satu detik pun kenangan itu. Semenjak hari itu hidup aku terasa berbeda dan menjadi lebih indah, rizki selalu membuat aku tersenyum ketika bersamanya, setiap pagi dia selalu menaruh setangkai bunga mawar merah di depan pintu rumahku, di sekolah pun dia juga selalu memberi kejutan yang berbeda-beda setiap harinya.

 Satu tahun setelah kami berpacaran aku terkejut ketika rizki berkata padaku bahwa dia akan pindah ke kalimantan untuk ninanjutkan sekolah disana, saat itu kami sedang makan di kantin sekolah, dia menatapku seakan tidak ingin memalingkan pandangan nya dari wajahku
 “vir..” panggil rizki
 “kenapa ki?” jawabku sambil tersenyum
 “gimana kalok misalkan aku pergi jauh ninggalin kamu, apa kamu bakalan kangen sama aku?” Ucap rizki serius
 “maksud kamu apa ki? Kamu mau ninggalin aku?”
 “vir, besok ayahku akan di pindah tugasin ke kalimantan sama atasan nya”
 “kamu serius ki? Gak usah bercanda deh ki, gak lucu ah”
 “apa muka aku kelihatan lg bercandavir?”

 Pada saat itu aku tidak sanggup menjawab petanyaan dari rizki, aku berlari pergi meninggalkan meja dimana aku duduk dengan rizki, rizki memanggilku dan mengejarku namun aku tetap tidak mau berhenti. Aku masuk ke kelas dan disana aku menangis, kiki salah satu sahabatku melihatku menangis dan ia datang menghampiriku dan bertanya padaku.
 “kamu kenapa nin?” tanya kiki
 “gak papa ki”
 “gak mungkin kamu nangis kalok gak ada sesuatu yang terjadi sama kamu”

 Kiki bingung kenapa aku menangis, pada saat itu rizki datang dan menjelaskan semua pada kiki. rizki menyuruh kiki untuk meninggalkan kami berdua di kelas, rizki meminta maaf kepada ku tentang masalah di kantin tadi, aku yang sedang emosi dan masih belum bisa menerima kenyataan itu akhirnya menyuruh rizki meninggalkan ku di kelas...
 Dan keesokan hari nya, rizki dan keluarganya benar-benar serius pindah ke kalimantan
 Usia ku kini telah menginjak 17 tahun, sejak kepergian rizki dia tidak pernah mengirimi ku kabar sama sekali, apa mungkin rizki sudah melupakan ku? Aku tidak pernah tau sekarang dia tinggal dimana..

 Disaat aku sedang asyik memperhatikan dan melihat bintang-bintang  di langit tiba-tiba seseorang mengaget kan ku dari belakang,
 “hey !!” tegur fuzella
 “eh zel, kamu ngagetin aja, sama siapa kesini?” jawabku
 “sama temen-temen vir, mereka ada di ruang tamu, tadi ibu kamu nyuruh aku masuk ke kamar kamu buat manggil kamu”
 “oh, suruh aja mereka masuk kesini, aku lg males ni mau keluar kamar”
 “kamu itu kapan vir eggk males, selalu jawab kayak gitu, udahlah kamu itu jangan mikirin rizki terus, pikirin tu si dani, kurang apa si dia? Dia itu baik sama kamu, perhatian, tapi kenapa kamu gak pernah mau nanggepin dia?
 “gak papa zel, aku belum bisa buka hati buat cowok laen,”
 “kapan kamu bisa lupa sama rizki kalok kamu setiap hari Cuma ngurung diri di kamar dan enggak pernah mau bergaul di luar rumah” sahut kiki
 “bener itu yang di bilang sama kiki vir” timpal anis
 “kalian ini, bisa aja kalo ngomong, belum saat nya buka hati buat cowok laen”
 “vir, kapan kamu itu bisa buka hati buat cowok laen? Sedangkan setiap ada cowok yang suka sama kamu dan mau deketin kamu, kamu selalu bilang sama mereka kalok kamu belum bisa buka hati buat mereka” bentak zella
 “kamu bener  zell, aku bodoh.. rizki gak pernah minta aku nungguin dia sampek dia kembali kesini lagi” ucap ku sambil meneteskan air mata
 “vir, apa mungkin rizki itu kembali kesini lagi? Itu gak mungkin, kalok dia emang bakal kembali ke sini lagi dia pasti bakalan bilang sama kamu sebelum dia pergi?” kata zella menasehatiku

 Malam ini teman-teman ku akan menginap dirumahku, ketika kami sedang asyik mengobrol hp ku tiba-tiba berbunyi, aku tidak tau siapa yg menelpon dan aku langsung mengangkatnya
 “halo, dengan siapa ya, ?”tanya ku pada org tersebut

 Setelah lama aku menunggu dan orang tersebut tidak menjawab sapaan ku aku mengulangi nya lagi
 “siapa ini?”

 Karna lama tidak menjawab akhirnya aku matikan telpon nya,
 “siapa vir yg menelpon?” tanya kiki
 “gak tau ki, sama dia enggak di jawab, mungkin SB” jawab ku
“apa itu SB nin?”
 “salah sambung,” jawabku tersenyum,

 Tidak lama kemudian nomer yg tadi menelpon lagi, kali ini aku berikan hp nya kepada kiki, aku menyuruh kiki untuk mengangkat nya.. namun kiki tidak mau, akhirnya zella menawarkan diri untuk mengangkatnya
 “halo, ini siapa ya?” tanya zella dengan lembut
 “bisakah aku bicara dengan virly ?” jawab penelpon itu
 “bisa, emang ini siapa?” tanya zella kembali..
 “ini teman nya,” kembali penelpon itu menjawab

 Kemudian zella memberikan hp itu kepadaku, namun disaat aku bertanya kepada penelpon itu dia hanya diam saja dan tidak mau menjawab pertanyaanku sama sekali, aku sangat marah dengan orang itu dan aku mematikan telpon nya,.. aku non-aktifkan hp ku dan menaruhnya di atas meja
 “kenapa vir ? Tanya anis
 “gila emang dia itu, dari tadi aku ngomong enggak di jawab sama sekali, emang tadi itu siapa si zell?” tanya ku pada zella .
 “aku gak tau vir,dia Cuma bilang kalo dia itu temen kamu,” jawab zella bingung
 “cewek apa cowok?”
 “cowok nin,”
 “udahlah lupain aja, aku ngantuk mau tidur.. kalian udah ngantuk belum? Udah jam 11 tu”
 “kalian tdur duluan aja kalok udah ngantuk, aku mau chatting-an dulu sama pacar aku, boleh aku pinjem hp kamu vir ?” kata zella
“boleh, ambil aja tu di atas meja”

 Mentari pagi mulai menampakkan diri dan menggantikan bulan menghiasi langit. terdengar dari luar kamar ku suara ibu membangunkan ku dan sahabat-sahabat ku, tak lama kemudian aku terbangun dan membuka pintu menghampiri ibu ku yang sedang berdiri di depan pintu kamar..
 “hari ini kamu libur sekolah kan, kamu jaga rumah ibu dan ayah mau pergi menjenguk paman mu di rumah sakit, tadi malam paman masuk rumah sakit” kata ibu...
 “iya bu, hati-hati ya.. ini kan masih pagi kenapa ibu buru-buru pergi? Jawabku kepada ibu
 “tidak apa-apa vir , kasihan bude sendirian nemenin paman di rumah sakit, ibu sudah siapkan sarapan untuk kalian di meja makan,”
 “iya bu,”
 “tante pergi dulu ya, tante titip virly yaa ” kata ibu kepada teman-temanku
 “iya tante,” jawab anis

 Aku berjalan di belakang ibu mengantarkan nya sampai di depan pintu rumah, pada saat aku berdiri di depan rumah aku tiba-tiba ingat dengan rizki, aku rindu dengan dia, aku berharap pagi ini akan ada setangkai bunga mawar tergeletak di depan pintu rumah ku, namun itu hanya angan-angan yang tidak mungkin akan terwujud, aku menutup pintu rumah lalu masuk ke dalam kamar dan menemui sahabat-sahabatku yang sedang berbaring di atas tempat tidurku, aku melihat keluar jendela, aku ingat masa-masa dulu ketika rizki masih disini bersamaku. cuaca hari ini benar-benar persis ketika aku jadian dengan rizki dulu, mendung dan tenang, aku melihat keluar jendela dan ninihat langit, aku harap hari ini akan turun hujan. besok adalah 2 tahun aku jadian sama rizki, apa dia masih ingat tanggal itu? Tanyaku dlm hati dan tanpa aku sadar aku telah meneteskan air mata.
 “vir, kamu kenapa?” tanya sahabat-sahabatku,
 “aku ingat sama rizki, hari ini mirip banget sama hari dimana aku jadian sama dia” jawabku sambil menangis
 “vir, aku yakin rizki disana juga masih ingat kalok besok adalah 2tahun kalian jadian” ucap zella sambil mengelus punggungku
 “kamu tau dari mana kalo dia inget tentang besok” tanya ku penasaran
 “firasat aku bilang kayak gitu vir, oh iya, tadi malam dani sms aku, dia bilang hari ini mau ngajakin kamu maen, kamu mau gak vir?”
 “udah mau aja lo vir, buat menghibur diri kamu yang lg sedih” sahut anis
 “bilang aja sama dani nanti jam 11 suruh jemput” jawabku
 “kamu serius mau vir?”
 “iya zell , aku mau tapi kalian jagain rumahku ya, jangan pergi kemana-kemana”
 “oke’’ bisa di atur say”

 Mungkin memang benar kata sahabat-sahabat ku kalok aku itu butuh refreshing agar bisa menenangkan pikiran dan melupakan semua masalah yang ada dalam hidupku, aku harus bisa membuka diri untuk laki-laki lain. jam menunjukkan pukul 6.30 tepat, aku dan sahabat-sahabatku pergi ke dapur untuk sarapan pagi, ibu memasak semur jamur kesukaan ku dan rizki semasa kami masih duduk di bangku smp dulu, aku hanya tersenyum melihat masakan itu.. setelah selesai sarapan kami langsung membereskan rumah dan setelah itu kami menonton tv di ruang keluarga, ketika kami sedang asyik menonton tv, hp zella berbunyi dan ia pergi menjauh dari kami untuk mengangkat telpon seakan tidak mau kami tau siapa yang menelpon nya zella membuka pintu depan rumah dan keluar, tidak lama kemudian zella masuk kembali kedalam rumah, dan kembali menonton tv bersama kami lagi...
 Tidak terasa jam kini telah menunjukkan pukul 10.15, kemudian aku bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan bersama dani...
 “good luck ya friend,” kata zella dengan tersenyum ke arahku
 “oke zell ,” jawabku

 Zella tersenyum melihat kearahku, aku tidak ingin membuat sahabat-sahabatku selalu sedih jika mereka melihat keadaanku yang seperti ini terus, aku ingin membuat mereka semua bahagia, setelah aku selesai menyiapkan semuanya, aku berdiri di depan kaca dan berkata
 “aku harus bisa membahagiakan semua orang yang sayang sama aku”

 Kemudian aku berjalan menuju ruang keluarga dimana sahabat-sahabatku sedang menonton tv, aku menghampiri mereka dan tersenyum lalu berkata
 “doa’in hari ini aku sukses ya”
 “kamu pasti bisa kalok kamu mau berusaha vir” kata zella
 “iya, pasti aku bisa teman-teman”
 “aku nungguin dika diluar aja ya zell”
 “iya vir”
 “bye semuaaaa:--) ”
 “bye”

 Saat aku membuka pintu, begitu terkejut nya aku ketika melihat setangkai bunga mawar merah tergletak di depan pintu rumah ku. aku menangis dan mengambil bunga itu, aku kembali lagi masuk ke dalam ruang keluarga, di depan zella, kiki, dan anis aku menunjukkan bunga mawar itu ke arah mereka dan menangis sekuat yang aku bisa, rasa rindu ku yang selama ini aku pendam di dalam hati benar-benar tidak bisa aku simpan lagi, disana mereka langsung meninukku dan ikut menangis seakan mereka merasakan perasaan yang sedang aku rasakan saat ini.
 “siapa orang yang menaruh mawar ini di depan pintu?” tanya ku sambil menangis,

 Tak ada satupun yang menjawab pertanyaanku tersebut, aku mencoba menahan air mata ku yang terus mengalir di pipiku,
 Tin....tin...tin...
 Terdengar suara klakson motor dari luar rumah
 “itu mungkin dani vir, kamu samperin aja dia” kata anis memberi tahu

 Aku langsung lari keluar menghampiri dani dan menanyakan mengenai bunga mawar yang tergeletak di depan pintu rumah ku itu.
 “dan, apa kamu tadi yang narok bunga mawar di depan rumah aku?” tanyaku dengan penuh tanda tanya di dalam hati
 “bukan vir, emang kenapa?” balik dani mengajukan pertanyaan kepadaku..
 “gak papa dan, ya udahlah lupain aja, kamu mau ngajak aku kemana?”
 “oh udah kamu ikut aja, nanti kamu bakal tau sendiri”

 Aku hanya tersenyum dan memandangi wajah dani,
 “udahlah vir ikut aja, aku tau saat ini kamu belum bisa buka hati buat aku, aku gak akan paksain kamu kokvir” kata dani padaku
 “maaf dan, bukan gitu maksud aku”
 “iya vir gak papa, ya udah ayok naik”

 Begitu lama kami menelusuri jalan yang entah kemana dani akan membawaku pergi, 2 jam perjalan akhirnya dani memberhentikan motornya dan memarkirkan nya di sebuah rumah sakit swasta yang bisa di bilang rumah sakit exclusive, aku tidak mengerti kenapa dani mengajakku kesini. dani mengajakku memasuki rumah sakit dan melangkah melalui koridor-koridor rumah sakit tersebut, aku membaca di atas dinding tertulis ruang penyakit kanker dan kami berhenti di salah satu ruang bernama ruang mawar nomer 13, aku semakin bingung dengan dani, apa yang sebenarnya akan dani tunjukkan kepada ku, aku menarik tangan dani ketika ia hendak membuka pintu ruang kamar tersebut, dani menoleh dan tersenyum ke arahku. ketika dani membuka pintu ruang kamar tersebut dia menyuruhku untuk masuk duluan ke dalam, aku hanya menurut dengan perintah dani, aku kaget ketika melihat kedua orang tua ku ada di dalamnya, dan disitu juga aku melihat orang tua rizki, aku semakin bingung dengan keadaan ini. ketika aku melihat ke sudut kamar yang lebar itu aku melihat seorang pria terbaring tak berdaya di atas tempat tidur, aku seperti tidak asing dengan pria itu tapi siapa aku belum tau pasti, aku mencoba mendekatinya dan betapa terkejutnya aku ketika melihat dan mengetahui siapa pria yang ada di atas tempat  tidur itu, ternyata pria itu adalah rizki orang yang selama ini aku tunggu-tunggu kedatangan nya tanpa basa basi aku langsung memeluk tubuh nya dengan erat, aku menangis dan masih belum mengerti dengan semua ini, namun rizki hanya tersenyum melihatku
 “ki, aku kangen banget sama kamu, kenapa kamu gak pernah kasih aku kabar? Apa kamu udah lupa sama aku? ” tanya ku dengan rasa rindu yang sudah memuncak
 “aku juga kangen sama kamu bawel, kamu apa kabar? Tambah cantik aja sekarang, aku gak mungkin vir lupa sama kamu” jawab rizki
 “terus kenapa kamu gak kasih aku kabar? Kamu bilang kamu ke kalimantan, tapi kok masih disini?”

 Semua orang diruangan itu keluar meninggalkan aku dan rizki berdua disini, rizki pun mulai menjelaskan semua yang terjadi kepada ku dan betapa terkejut nya aku ketika ia bilang bahwa ia menderita penyakit leukimia stadium akhir, aku menangis di depan rizki dan dia menyuruhku agar tidak menangis karna itu hanya akan membuatnya bersedih,
 “kamu bo’ong kan ki? Kamu enggak serius kan?” tanya ku memastikan semua perkataan nya
 “enggak vir, aku serius, kamu dari dulu enggak pernah berubah ya, selalu aja enggak pernah mau percaya sama aku”
 “gimana aku bisa percaya jika semua ini terjadi sama kamu ki,”
 “selama 1 tahun ini aku selalu memperhatikan perkembanganmu, aku sedih ketika mendengar dari ayah sama ibu kamu kalok kamu sekarang menjadi wanita yang pendiam vir, dulu waktu aku pertama kali mendengar kalo aku menderita penyakit leukimia aku sama kayak kamu vir, aku syok banget, makannya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan kamu agar kamu tidak terlalu menderita dengan penyakit aku ini. cukup aku aja yang menderita vir, dokter bilang umur aku sudah tidak lama lagi vir”
 aku mengerti dengan sifat rizki dan semua yang dia pikirkan, aku tidak ingin membuatnya semakin sedih karna melihatku menangis, aku ingin membuat hari-hari terakhir rizki menjadi lebih indah...
 zella, kiki, dan anis masuk ke dalam ruang dimana aku dan rizki berada di dalamnya, mereka mengejutkanku, zella menjelaskan semuanya kepada ku bahwa orang yang menelpon ku tadi malam itu adalah rizki, bunga mawar itu juga dari rizki, dari tadi malam ternyata rizki, zella, dan dani sudah menyiapkan semua ini untuk ku...
 anis, kiki dan aku terkejut mendengar semua ini...
 “vir, aku pengen pergi ke taman dimana kita dulu jadian,” pinta rizki
 “iya ki, aku akan bawa kamu kesana” jawabku

 Ayah rizki dan ayahku memapah rizki masuk ke dalam mobil sedangkan aku membawa kan kursi roda untuk rizki, badan rizki terlihat begitu kurus dan lemah, aku sangat sedih melihat penderitaan yang di hadapi oleh rizki, namun aku hanya dapat tersenyum untuk menghiburnya. tak lama kemudian kami sampai di taman, aku mendorong rizki menggunakan kursi roda, ketika aku akan mendorong kursi roda, rizki memegang tanganku dan menyuruh dani yang mendorong kursi rodania, seluruh keluarga ku dan keluarga rizki serta sahabat-sahabatku melihat kami bertiga dengan tersenyum. rizki meminta dani membawanya ke gazebo yang dulu aku gunakan untuk berteduh dari hujan dengan rizki. disana dani meninggalkan kami berdua, rizki menyanyikan lagu yang dulu ia pernah nyanyikan untuk ku, aku hanya bisa menangis, kemudian rizki menghapus air mata yang mengalir dipipiku dengan kedua tangan nya...
 “aku tidak mau ninihat air matamu vir” kata rizki

 Setelah lama kami mengobrol disana rizki menyuruhku untuk memanggil dani aku pergi meninggalkan rizki untuk mencari dani, saat aku sudah bertemu dengan dani, aku memeluknya lalu menangis di dalam dekapan dani.
 “aku gak kuat ngadepin semua ini dan, aku udah lama nungguin rizki kembali sama aku, tapi kenapa disaat rizki kembali semuanya menjadi seperti ini dan?” ucapku sambil menangis di dalam pelukan dani
 “udah vir, kamu yang sabar aja ya, semua ini sudah ada yang mengaturnya” jawab dani

 Dani melepaskan ku dari pelukannya dan mengajakku untuk menemui rizki, dari kejauhan aku melihat rizki meneteskan air mata, namun rizki langsung megusap air matanya seakan ia tidak ingin aku dan dani ninihat kesedihan yang terpancar di raut mukanya...
 “dan, apa kamu mau menjaga ninan setelah aku pergi nanti?” pinta rizki kepada dani
 “kamu itu ngomong apa ki, aku yakin kamu akan sembuh” jawab dani
 “enggak dan, aku gak akan sembuh”
 “kamu adalah satu-satu nya orang yang berhak dan pantas menjaga virly ki,”
 “bukan aku, tapi kamu dan, aku serahin semua sama kamu, aku yakin kamu bisa gantiin aku menjaga virly ” jawab rizki pada dani
 “vir, aku sayang sama kamu, aku harap kamu bisa hidup bahagia dengan dani tanpa aku disisi kamu lagi.” kata rizki padaku

 Aku hanya bisa menangis mendengar semua itu, rizki menarik tangan dani dan menaruhnya di atas tangan ku seakan ia ingin agar aku bersama dengan dani, pada saat itu tangan rizki yang sedang menggenggam tanganku dan dani tiba-tiba terjatuh diatas pangkuan nya dan matanya tertutup untuk selamanya. aku menangis dan kemudian memeluk tubuh rizki yang sudah terbujur kaku di atas kursi roda itu. aku tidak menyangka bahwa rizki akan meninggalkan ku untuk yang kedua kali nya dan kali ini ia tidak akan pernah kembali kepada ku lagi untuk selama-lamanya.

 TAMAT

Monday 14 January 2013

"You Are My Everything"

“kenapa kamu tega menghianati aku Rizki ? apa salahku selama 1 tahun kita bersama ? apa ?! katakan padaku Rizki !!” aku tak dapat lagi menahan rasa sakit hati yang meluap-luap di dada. Aku tidak peduli jika ia menganggap aku wanita yang cengeng. Aku menangis di hadapannya karena aku tidak bisa lagi mentolerir perbuatannya kali ini. Rizki, kekasihku yang sudah menghiasi hari-hariku selama 1 tahun kini berhianat dengan wanita lain. Aku tidak tau siapa wanita itu, aku tidak mengenalnya, tetapi Rizki sendiri yang mengaku kepadaku kalau ia sudah mengecewakan aku dan meminta padaku untuk mengakhiri hubungan kami karena ia merasa sudah tidak mungkin untuk melanjutkan semuanya ini.



“aku sungguh minta maaf Nina, tapi aku tidak bisa lagi bersamamu. Maafkan aku...” Rizki tidak memberiku kesempatan untuk berbicara, ia langsung pergi meninggalkan ruang tamu rumahku yang hanya berisikan kami berdua. Tangisku pecah saat mendengar pintu rumahku tertutup. Rizki sudah benar-benar pergi, ia tidak akan kembali lagi, ia ternyata serius dengan perkataannya. Aku bodoh sekali telah mempercayainya. Ini semua kesalahanku dan aku layak menerimanya.



****



Aku hanya tinggal dirumah bersama dengan Bi Lastri dan supirku Mas Seno. Orangtuaku selalu sibuk mengurus bisnis di luar kota atau luar negri. Meskipun begitu aku tidak pernah merasa kesepian karena mereka berdua selalu menghibur dan menemaniku. Tentu saja, karena Bi Lastri dan Mas Seno sudah mengasuhku sejak bayi sampai sekarang aku menjadi mahasiswi, aku tetap masih membutuhkan mereka.



Ketika Rizki memutuskan hubungan kami aku pun menceritakan semuanya kepada mereka. Aku menangis di pelukkan Bi Lastri wanita paruh baya itu. Ia membelai rambutku dan menenangkan aku seperti anaknya sendiri. Walau Rizki tidak mencintaiku tetapi aku beruntung karena masih mempunyai mereka yang menyayangiku. Untuk itu aku berjanji tidak akan terpuruk karena dia.



“loh non Nina kok belom ganti baju sih ? Tuan sama nyonya udah nunggu di bawah untuk makan malam dari tadi, cepetan ya non abis itu non langsung turun.” Ujar Bi Lastri yang sudah bolak-balik ke kamar untuk mengingatkan aku berulang kali.



“iya iya, bilang sama mama dan papa suruh tunggu ya bi. Aku bentar lagi turun, mau siap-siap dulu.” Kataku lalu menutup pintu kamar dan menguncinya setelah bi Lastri keluar.



Aku rasa aku tidak bisa menepati janjiku, aku rasa aku lebih baik mati daripada tidak bersama Rizki. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Diriku hampa tanpa kehadiranya, tanpa senyum manisnya, serta canda tawanya. Sudah 1 bulan aku mengambil cuti kuliah karena aku merasa belum sanggup untuk mengikuti pelajaran mata kuliahku semenjak Rizki meninggalkanku.



Dan kini mama dan papaku baru saja kembali dari Manado tadi pagi. Entah mengapa kepulangan mereka kerumah pun tidak bisa menghibur hatiku yang sedang terguncang.

Maafkan aku ma, pa... aku bukan anak yang baik, aku rasa aku tidak bisa makan malam bersama lagi dengan kalian, untuk selamanya... selamat tinggal...

Aku menelan banyak obat tidur yang ada di laci lemari kamarku malam itu. Aku berniat untuk mengakhiri rasa sakit ini. Aku yakin setelah aku meminum semua obat tidur ini aku akan merasa tenang dan rasa sakit itu tidak akan muncul lagi. Beberapa menit kemudian aku merasa tubuhku mati rasa, aku jatuh tergeletak ke lantai dan mengalami kejang-kejang.



Dari luar pintu kamar aku masih bisa mendengar mama dan papaku yang terus mengetuk-ngetuk pintu dan berteriak dengan cemas. Aku dengar mereka meminta bantuan pada Mas Seno untuk mendobrak pintu kamarku.



Tidak...ma, pa.. kalian jangan masuk... aku tidak ingin kalian menangisi anak kalian yang bodoh ini...



Mataku mulai meredup, perlahan tertutup dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelah itu. Aku rasa aku sudah mati ? Ya, baguslah! Rencanaku berhasil! Ucapku dalam hati.

****

Harapanku ternyata tidak terkabul. Orangtuaku membawaku ke rumah sakit tepat waktu sehingga aku berhasil diselamatkan. Aku sempat tidak sadarkan diri selama 2 bulan, dan sekarang aku sudah keluar dari rumah sakit itu. Mama dan papaku tampak terpukul dengan kejadian ini. Mereka menangis begitu mendapati aku tersadar dari koma. Aku sungguh seperti anak durhaka. Aku berdosa kepada mereka berdua dan terutama kepada Tuhan. Bagaimana bisa aku melakukan percobaan bunuh diri hanya karena seorang pria ? maafkan aku Tuhan..



Setelah kejadian itu orangtuaku memutuskan untuk membawaku ke London. Mereka ingin aku melupakan hal-hal yang terjadi di Jakarta dan memulai lembar kehidupan yang baru. Aku menyetujuinya, walaupun aku tau nanti di sana mereka juga tidak selalu hadir untuk menemaniku, tapi setidaknya aku berada di tempat yang baru dan aku harap aku bisa melupakan kenangan pahitku.



Keesokan harinya aku, mama dan papa segera terbang ke London. Aku pasti akan sangat merindukan Bi Lastri dan Mas Seno, tapi ini adalah jalan yang terbaik bagiku. Rizki pun tidak pernah memberi kabar sama sekali sejak terakhir kali kami bertemu, padahal aku tetap ingin berteman dengannya, nomernya juga sudah tidak aktif lagi. Aku rasa ini memang saatnya aku untuk melupakannya.



Sesampainya di ibu kota Inggris itu aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur karena Jet lag yang mendera. Ya, ini lah rumah baruku, tempat tinggal baru, dan orang-orang baru yang akan mengisi kehidupanku.



Mama memasuki kamarku dan menghampiri aku yang sedang terbaring di tempat tidur. “Nina, kamu istirahat yang banyak ya, mama dan papa harus pergi ke Manchester untuk menemui relasi bisnis. Kalau kamu butuh sesuatu minta saja sama Nanny Grace. Oh ya, dia juga bisa berbahasa Indonesia.”



“ya, kalian berdua hati-hati.” ucapku sambil menarik bedcover bermotif bunga mawar itu.



Sendiri lagi... selalu seperti ini, and i’m getting used to it.



Aku menetap di London hanya sampai aku merasa lebih baik saja, aku tidak sungguh-sungguh pindah ke negara ini. Aku mengambil cuti 1 tahun di kampus ku dengan alasan terapi penyembuhan. Istilah “tidak ada tempat yang paling nyaman dari kampung halaman” itu memang benar. Walaupun tinggal di London, aku tetap rindu Indonesia dan aku akan segera kembali sampai aku selesai menata hatiku.



“Nina, apa kau butuh sesuatu ?” sahut seseorang dari luar kamarku dengan bahasa Indonesia yang tidak terlalu fasih. Ya, itu adalah Nanny Grace.



“tidak, saat ini aku ingin tidur saja. Terimakasih tawarannya Nanny.” Balasku nyaring.



“baiklah. Istirahat yang cukup.” ujarnya.



Aku tidak merasa lelah lagi, justru sekarang merasa bosan. Aku membuka laptopku dan menyolokkan modem ke port usb. Sudah 3 bulan aku tidak membuka akun jejaring sosialku, mungkin ada hal terbaru yang tidak ku ketahui.



“maafkan aku meninggalkanmu, sekarang kau pasti membenciku. Tidak apa, itu justru yang aku inginkan karena aku memang tidak pantas mendapatkan wanita yang sangat baik sepertimu.. aku hanya seorang pengecut, i’m so sorry Ser..” 3 months ago.



Ketika membuka akun facebook-ku, itulah hal pertama yang aku liat di beranda. Itu adalah status yang ditulis Rizki 3 bulan yang lalu. Karna penasaran aku pun membuka profilenya secara keseluruhan. Entah mengapa jantungku berdetak lebih cepat 2 kali lipat dari sebelumnya. Begitu tampilan facebook Rizki terpampang lengkap di depan kedua bola mataku aku tidak dapat berkata sedikitpun. Aku hanya menggigit bibir bagian bawahku, menahan agar aku tidak menangis ketika membaca semua statusnya.



“sepertinya harapanku sudah sirna, kalau memang dia sudah melupakan aku dan bahagia bersama dengan orang lain, aku pun akan berusaha untuk bahagia.” 15 minutes ago.



“ini membuatku tersiksa, aku tidak sanggup lagi..” 1 day ago.



“aku harap dia tidak membuka akun facebooknya, kalau ya, aku benar-benar akan sangat malu.” 2 days ago.



“it’s so cold without you by my side, i’m sorry to hurt such an angle like you. You are my everything.” 4 days ago.



“you must be hate me so much.” 2 weeks ago.



“if only i could tell you the truth, would you still love me ?” 1 month ago.



Yang benar saja ?! apa kau benar-benar menulis semua status ini Rizki ? tapi kenapa ? apa alasanmu melakukan ini semua terhadapku ? ternyata kau tidak pernah sungguh-sungguh ingin pergi meninggalkanku ?! lalu mengapa kau berbuat seperti itu ?? aku tidak mampu menahan cairan hangat itu keluar dari mataku, aku merasa sangat senang usai membaca semua statusnya, namun aku juga merasa sedih karena dulu ia tidak mau jujur kepadaku.



Beberapa saat aku menangisi hal itu lalu aku tersadar kalau kepergianku ke London adalah untuk menghapus kenangan pahitku. Ya! aku harus melupakan Rizki! Lagipula sudah terlambat bagiku jika sekarang aku ingin berharap dia masih mencintaiku. Dari status yang ditulisnya 15 menit yang lalu dapat disimpulkan bahwa ia akan melupakanku cepat atau lambat, dan aku harus merelakan itu.

****

Hanya 1 bulan aku berada di London dan aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Aku rasa aku sudah menata dengan benar hatiku. Aku yakin sudah tidak ada lagi perasaanku yang tersisa untuk Rizki, mantan kekasihku yang dulu meninggalkanku. Meskipun aku tau kebenarannya, tapi itu sudah terlambat. Semuanya sudah berakhir...



“Nina, are you really leaving ? please just stay with me..” pria bertubuh jangkung itu memelukku dengan erat. Ya, dia adalah Donny, aku mengenalnya saat berkunjung ke perpustakaan umum di London ketika aku merasa down setelah mengetahui yang sebenarnya tentang Rizki. Dia bekerja di sana, dia mengajakku berkenalan dan makan malam. Sebenarnya aku mulai sedikit menyukai laki-laki tampan berambut coklat itu, tapi aku harus pergi. Aku harus melanjutkan studiku di Indonesia yang sudah terbengkalai karena kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini.

Aku mengendurkan pelukannya perlahan. “i want it, but i can’t, i have to go now. Don’t be sad Ki, i’ll visit you right away. Goodbye..” Ucapku sambil menyunggikan senyum manis kepada Donny

Aku bersiap menggaet sebuah tas travel berukuran sedang dan koper besar. Tetapi saat aku akan membelokkan tubuhku untuk pergi dari sana tiba-tiba saja Donny meraih pergelangan tanganku dan menariknya sehingga tubuhku berputar 180 derajat. Wajahku tepat di depan wajahnya dan sangat dekat, aku memandang mata birunya penuh tanda tanya. Donny semakin mendekatkan wajahnya kearahku, ia menundukan kepalanya sedikit lalu dalam sekejap ia mendaratkan sebuah kecupan lembut di bibirku yang membuatku tak bisa berkata apa-apa.



Donny melepaskan genggamannya lalu berkata. “sorry if you don’t like it, but that’s our farewell kiss. I’ll be missing you Nina..”



“thank you donny.” Ucapku lalu melangkah pergi dari sana.donny, dia satu-satunya pria yang mampu membuatku ragu untuk pergi dari London, tetapi aku tetap harus kembali ke Indonesia. Aku tidak akan melupakanmu don. Terimakasih kau sudah hadir dalam hidupku...

****

Saat aku sudah menempati tempat duduk ku di pesawat, entah mengapa aku ingin membuka handphone dan melihat facebook-ku kalau-kalau ada seseorang yang menulis sesuatu di wall-ku.



Benar saja dugaanku, ternyata ada seseorang me-wall-ku. Dia teman SMA-ku dulu Yuki:



“oh my God! I really miss you Nina!! It’s been so long, let’s meet up dear.” 6 hours ago.



“please turn off your cell phone because the plane will be taking off in a few minutes.” Ujar pramugari tersebut yang memperingatkan aku karena terlihat masih asik memegangi benda mungil itu.



“oh, ok.” Jawabku singkat.



Cepat sekali pesawat ini akan lepas landas. Aku pun bergegas log off dari facebook-ku, tapi aku sengaja kembali ke beranda. Dan hal itu membuatku terkejut! Aku melihat Rizki baru saja mengupdate statusnya :



“going back to Indonesia from London, i can’t stand my dad anymore. I need to meet you! I have to tell you the truth.. hope you could understand.” Just now.



Apa ?! ternyata dia selama ini ada di London ?! dan sekarang ia sedang kembali ke Indonesia ?!



Ini benar-benar mengagetkan untukku. Aku berdiri dan mencari-cari sosok Rizki. Aku duduk di bagian tengah, jadi aku harus mengecek ke bagian depan dan ke belakang supaya menemukannya. Namun beberapa saat mencarinya aku tidak mendapatkan Rizki di bangku deretan depan maupun belakang. Dengan menghela nafas panjang aku pun kembali ke tempat dudukku.



Aku sedikit terkejut karena ketika aku kembali ke bangku ku aku mendapati tas besar milik seseorang ada di sampingku. Padahal sebelumnya aku tidak melihat tas itu, tiba-tiba saja benda itu muncul.



Aku duduk diam, memejamkan mata dan memasang headphone menyetel musik rock kencang-kencang. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa karena tidak dapat menemukan Rizki dan seharusnya aku juga tidak perlu mencari pria itu, karena aku harus melupakannya.



Akhirnya pesawat pun lepas landas, hanya tinggal hitungan detik saja tapi orang yang duduk di sampingku tak kunjung datang. Apa dia belum pernah naik pesawat sebelumnya? Gumamku dalam hati.



“excuse me miss..” ucap seseorang dengan nafas yang bergemuruh seperti di kejar hantu. Ya, pasti orang itu!



“it’s ok, no...” saat aku melepaskan headphone dan membuka kedua mataku, aku tak berkutik dan bibirku tak bergerak sedikit pun memandang orang tersebut.



“Nina ?” ucapnya dengan nada setengah tak percaya.

****

Sungguh sebuah hadiah yang tak terduga bagiku. Aku satu pesawat dengan Rizki dan tempat duduk kami pun bersamaan. Meskipun begitu aku tidak membuka mulut. Aku mengunci bibirku rapat-rapat dan berusaha bersikap acuh terhadapnya.

“maafkan aku Nina... sekarang aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Aku harap kau bisa mengerti.” Kata Rizki yang membuka pembicaraan di tengah keheningan kami selain suara pesawat yang sedikit bising terdengar.

Aku tidak memandangnya, aku hanya membalas ucapannya. “aku sudah tau semuanya, aku sudah baca semua statusmu. Tidak ada lagi yang perlu di jelaskan.”

“masih ada yang belum kau ketahui Nina dan aku harus mengatakannya. Tolong izinkanlah aku menjelaskannya padamu.” Nada yang memelas itu membuat hatiku luluh. Rupanya aku belum bisa menata hatiku, rupanya aku masih menyukainya.



“katakanlah apa yang ingin kau katakan.” Ucapku berharap terdengar cuek.



“aku meninggalkanmu karena papaku memaksaku untuk belajar mengurus perusahaannya, itu ia lakukan karena menurutnya aku lah satu-satunya pewaris perusahan yang ideal. Dia tidak mau kakakku Tommy yang menjadi pewaris perusahaan karena baginya Tommy hanya akan memperburuk keadaan keuangan perusahaan yang sedang goyah saat ini. Karena itu aku beralasan kepadamu bahwa aku telah menghianatimu, tapi kenyataannya aku sama sekali tidak pernah melakukan itu Nina. Aku sangat mencintaimu, tetapi di lain sisi aku juga tidak bisa menolak permintaan papaku. Tolong cobalah mengerti keadaanku Nina, aku tidak pernah berniat untuk melukai perasaanmu sedi...” Rizki terus saja berbicara dan itu membuat telingaku panas. Aku tidak bisa untuk tidak memaafkannya apalagi karena alasannya sangat kuat seperti itu.



Aku pun memotong perkataannya. “lalu kenapa kau kembali ? aku melihat status mu, kau bilang kau tidak tahan dengan papamu.” Kini aku mulai menatapnya, aku memberanikan diri memandang wajahnya. Dia tidak berubah, masih sama seperti dulu... sangat tampan..

Rizki tertunduk sejenak, ia menggengam tanganku dan kembali berkata. “sebenarnya urusanku di London belum selesai Nina, tetapi aku sudah tidak tahan lagi karena rasa bersalah yang terus menghantui diriku. Aku ingin kau tau semuanya, dan aku tidak ingin kau membenciku karena aku sangat menyayangimu.”

“jangan bicara lagi. Aku mencintaimu Rizki. Dan aku tidak pernah bisa membencimu.” Aku langsung memeluk Rizki saat itu juga. Rasanya aku rindu sekali dengan pria ini. Kalaupun aku ingin, aku tidak bisa membenci Rizki. Aku bingung mengapa bisa seperti itu. Tapi satu yang pasti aku sangat senang bisa bersama lagi dengannya.



You are my everything, no one will be able to replace you from my heart...



You mean the world to me...



You’re the apple of my eye...

BE A WRITER!!

I ALWAYS OBSESSED BE A WRITER!!

Haha entah kenapa gue selalu terobsesi jadi seorang penulis! entah datang dari mana keinginan itu, yang jelas nulis itu kebutuhan gue sehari-hari, dan yaa well mungkin dgn blogs ini gue bisa share beberapa karya tulis gue!! baik berupa saran, inspirasi, motivasi, maupun beberapa cerpen ataupun cerbung gue. dulu gue selalu buat cerpen gue itu bertemakan MIKE/ANGEL atau NINA/RIZKI haha itu DULU loh!! sekarang sih gue pengen ubah beberapa nama tokoh itu jadi nama orang dalam masyarakat! well singkat aja cerita gue, yaaa gue harap kalian suka!

HAPPY READING GUYS!!